Hafalan
Shalat Delisa
Delisa adalah gadis kecil
yang tinggal di sebuah keluarga kecil.
Dia anak sulung dari empat bersaudara. Dia tinggal bersama saudara dan umminya
di Aceh. Sedangkan abinya bekerja di luar negri. Jarang sekali pulang.
Suatu
ketika dia dijanjikan oleh umminya apabila dia mampu menghafal shalat dengan
baik, maka umminya akan memberikan hadiah kalung. Delisa pun semangat untuk
hafalan, teapi masih juga hafalannya terbalik-balik. Tetapi kakak kembar
Delisa, Zahra, tak begitu suka melihat Delisa disayang oleh umminya apalagi
sampai dibelikan kalung. Zahra selalu iri dengan apa yang didapat oleh Delisa.
Merekapun juga sering bertengkar. Tetapi kakak bungsunya, Fatimah, selalu
melerai kedua adiknya itu ketika bertengkar.
“Yang
liontinnya berinisial “D” ada tidak?”
“Oh,
ada, tunggu sebentar, Cik carikan dulu, ya Delisa.” setelah Delisa menunggu
akhirnya ada juga yang berinisial “D”.
“Wow,
ini bagus sekali, Ummi.” dengan wajah yang sangat ceria dan bahagia.
“Tapi,
kalung ini ummi berikan pada Delisa kalau Delisa sudah lulus ujian shalatnya,
ya.” Wajah Delisa pun menjadi sedikit muram. Sebenarnya Delisa ingin sekali
segera memakai kalung itu.
Suatu
hari abi Delisa menelfon rumah. Delisa dan saudaranya pun berkumpul untuk
mendengar suara abinya. Dan ketika itu abinya berjanji kepada Delisa akan
memberikan sebuah sepeda apabila dia sudah lulus ujian hafalan shalat. Dia pun
semakin girang dan bersemangat untuk menghafal shalat. Tetapi disisi lain
ternyata Zahra menangis menyayat hati. Dia iri dengan Delisa. Tetapi umminya
selalu memberikan pengertian kepada Zahra supaya tidak iri dengki terhadap
sesama saudaranya, adiknya sendiri.
Hari
ini Delisa sudah menyiapakan segalanya untuk menempuh ujian. Umminya juga sudah
siap untuk menemaninya dan selalu memberikan dukungan, begitu juga dengan
ketiga saudaranya, termasuk Zahra yang sudah mulai sayang kepada Delisa. Ketika
umminya dan Delisa hendak mengambil kalung yang disimpan di almari, tiba-tiba
saja mereka merasakan gempa yang kuat di dalam rumah. Bersama Delisa, umminya
segera keluar dari rumah. Keluarga kecil itupun berkumpul di depan rumah.
Ketika gempa sudah redaDelisa dan umminya tetap pergi ke sekolah. Sedangkan
Fatimah dirumah bersama adiknya Zahra dan Aisyah.
Dengan
niat bismillahirrohmanirrohim, Delisa pun mulai praktek shalat. Diuji
oleh ustazdnya, ustadz Fathir, dan seorang gurunya. Diluar sana umminya
memberikan dukungan penuh pada Delisa. Sambil memperlihatkan kalungnya pada
Delisa, Delisa pun tersenyum. Sayang sekali, belum sampai setengah dia praktek
shalat. Tiba-tiba gempa itu datang lagi. Yang sekarang terasa lebih kuat. Semua
orang pun bingung kalang kabut, termasuk ummi Delisa. Tetapi Delisa tetap
melanjutkan praktek shalatnya karena dia ingat dengan kata ustadznya,“Jika kamu
shalat, ada kejadian apapun diluar sana, kamu harus tetap konsentrasi pada
shalat”. Sampai-sampai Delisa pun tak menghiraukan teriakan umminya. Hinnga
akhirnya dia terhempas oleh tsunami. Termakan oleh air bersama juga dengan
Tiur, salah satu sahabatnya.
Delisa
terdampar di tempat yang asing baginya. Sudah dua hari ini dia tergeletak di
atas batu besar dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Dia terkejut ketika
melihat Tiur terbujur kaku tak berdaya disampingnya. Untungnya dia menemukan
apel pada saat itu. Tapi sayang sekali tak ada orang yang menemukannya.
Sedangkan abinya bingung mencari keluarganya setelah mendengar berita Tsunami.
Sampai empat hari Delisa baru
ditemukan oleh tim SAR dari Amerika, Smith. Akhirnya dia langsung membawa
Delisa ke rumahsakit. Delisa dirawat oleh Shofie. Sayang sekali ternyata luka
kaki Delisa terlalu parah hingga harus diamputasi. Delisa pikir kakinya hilang
terbawa air. Hingga kini dia harus menggunakan kursi roda untuk mengantar dia
kemana-mana. Smith dan Shofie begitu sayang pada Delisa. Bahkan Smith ingin mengambil
Delisa menjadi anaknya dan membawanya ke Amerika. Tetapi sayangnya ketika itu
abi Delisa sudah menemukannya. Delisa dan abinya sangat bahagia, tetapi Smith
sempat sedih karena kesempatannya untuk memiliki Delisa sudah hilang.
Aceh
kini sudah tak seindah dulu lagi. Bahkan rumah Delisa sudah hanyut terbawa air
tinggal puing-puingnya saja. Kak Fatimah, Kak Aisyah, dan Kak Zahra juga sudah
meninggalkan Delisa. Umminya tak tahu hilang kemana. Kini Delisa tinggal hanya bersama
abinya. Walaupun Delisa kehilangan saudaranya, bahkan kakinya. Dia sama sekali
tak sedih. Ustadz Fathir selalu mengingatkan Delisa untuk ikhlas. Lagipula
masih ada kak Smith, Kak Shofie, ustadz Fathir, dan abinya yang sangat sayang
padanya. Delisa pun teringat pesan uminya bahwa dia harus mnyelesaikan hafalan
shalatnya.
Kali
ini Delisa serius dengan hafalannya. Sekarang tidak lagi dia melakukannya hanya
untuk mendapatkan hadiah kalung dari umminya. Tetapi dia benar-benar ingin
shalat secara baik dan benar. Bahkan suatu hari dia bermimpi bertemu dengan umminya
dan umminya memberikan kalung padanya. Tetapi Delisa menolaknya. “Aku tidak
ingin kalung itu lagi, ummi. Yang aku ingin hanya shalat dengan baik supaya
bisa mendoakan ummi di surga.”
Hari
ini Delisa praktek shalat untuk yang kedua kalinya. Kali ini bukan umminya lagi
yang menemani dan mendukungnya, melainkan abinya. Dengan lancar dan baik dia
mengahfal praktek shalatnya. Dan akhirnya ustadz Fathir menyatakan bahwa Delisa
lulus ujian. Delisa dan abinya sangat bahagia. Akhirnya kini dia lulus dan akan
bisa mendoakan untuk keluarga yang mereka sayang yang telah meninggalkannya.
(dikutip dari
film Hafalan Shalat Delisa, 2011)
0 komentar on "Hafalan Shalat Delisa"
Posting Komentar